Selasa, 03 November 2009

KOMUNIKASI NONVERBAL DAN GAYA HIDUP

Komunikasi nonverbal merupakan bentuk awal komunikasi yang mendahului evolusi bagian otak yang berperan dalam penciptaan dan pengembangan bahasa. Manusia secara total bergantung pada komunikasi nonverbal hingga usia kira-kira 18 bulan, melalui sentuhan, senyuman, pandangan mata, dan sebagainya. Maka, tidaklah mengherankan ketika kita ragu pada seseorang, kita lebih percaya pada pesan nonverbalnya. Orang yang terampil membaca pesan non-verbal orang lain disebut intuitif, sedangkan yang terampil mengirimkannya disebut ekspresif (dalam Mulyana: 2004 :308).

Fungsi pesan nonverbal menurut Paul Ekman (dalam Mulyana: 2004 :314) dapat dilukiskan dengan perilaku mata, yaitu:
- Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang setara dengan simbol verbal.
- Ilustrator. Pandangan ke bawah dapat menunjukkan depresi atau kesedihan.
- Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.
- Penyesuai. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan merupakan respon yang tidak disadari yang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.
- Affect Display. Pembesaran manik-mata menunjukkan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukkan perasaan takut, terkejut, atau senang.

Pengklasifikasian pesan nonverbal seperti disampaikan oleh Jurgen Ruesch (dalam Mulyana: 2004: 317) terbagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Bahasa tanda (sign language)
b. Bahasa tindakan (action language)
c. Bahasa objek (object language)

Yang akan dibahas secara khusus disini adalah mengenai pilihan gaya hidup, termasuk di dalamnya adalah tempat tinggal. Dalam hal ini, tempat tinggal (hunian) merupakan bentuk komunikasi nonverbal dalam kategori bahasa obyek (object language), serta kategori penampilan fisik. Secara khusus bahkan ditegaskan bahwa artefak yaitu benda apa saja yang dihasilkan oleh kecerdasan manusia, merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal.

Termasuk dalam kategori ini adalah rumah, kendaraan, perabot rumah dan modelnya (furnitur, barang elektronik, lampu kristal), patung, lukisan, kaligrafi, foto saat bersalaman dengan presiden, buku yang kita pajang di ruang tamu, koran dan majalah yang ktia baca, botol minuman keras, bendera, dan benda-benda lain dalam lingkungan kita adalah pesan-pesan bersifat nonverbal, sejauh dapat diberi makna (Mulyana: 2004: 380).
Tidak dapat pula dibantah bahwa pakaian, seperti juga rumah, kendaraan, dan perhiasan, digunakan untuk memproyeksikan citra tertentu yang diinginkan pemakainya (Mulyana: 2004: 347).

Tomlinson (1991) menyebutkan konsumerisme dalam bentuk hunian dan segala isinya merupakan suatu cara seseorang mendapatkan suasana yang melepaskan dirinya dari segala kesibukan dan kekacauan dunia. Sue Glyptis (1987 dalam Tomlinson: 1991) mengatakan bahwa hunian mendominasi gaya hidup dari semua kelompok masyarakat, khususnya pada wanita, orang tua tunggal, orang pada masa pensiun maupun menjelang pensiun, dan kelas profesional maupun kelompok pengangguran.

Sumber :
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Penerbit Rosda, Bandung, 2004.
Tomlinson, Alan (1991), Consumption, Identity, and Style, Routledge Publishing, New York.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar