Minggu, 01 November 2009

KOMUNIKASI VERBAL DALAM KONTEKS BUDAYA

Untuk memahami fenomena komunikasi yang kita temui dalam masyarakat, ada beberapa prinsip komunikasi yang harus kita pahami, yaitu :
1. Komunikasi adalah suatu proses simbolik
2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
3. Komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan
4. Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
5. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
7. Komunikasi itu bersifat sistemik
8. Semakin mirip latar belakang sosial-budaya semakin efektiflah komunikasi
9. Komunikasi bersifat nonsekuensial
10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional
11. Komunikasi bersifat irreversible
12. Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah.

Yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah kemampuannya dalam berbahasa, hal ini berkaitan dengan pembesaran dan perkembangan otak manusia. Menurut Larry L. Barker (dalam Mulyana: 2004: 242), bahasa memiliki tiga fungsi yaitu: penamaan (naming atau labeling), interaksi dan transmisi informasi. Namun demikian, terdapat beberapa keterbatasan bahasa seperti :
1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili obyek
2. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual
3. Kata-kata mengandung bias budaya
4. Pencampuradukan fakta, penafsiran dan penilaian.

Menurut Hipotesis Sapir-Whorf (dalam Mulyana: 204 : 251), adalah Teori Relativitas Linguistik yang menjelaskan bahwa sebenarnya setiap bahasa menunjukkan suatu dunia simbolik yang khas yang melukiskan realitas pikiran, pengalaman batin, dan kebutuhan pemakainya. Bahasa mengandung bias budaya. Karena bahasa terikat oleh konteks budaya, maka bahasa dapat dipandang sebagai perluasan budaya.

Edward T. Hall (dalam Mulyana :2004: 294) membedakan budaya konteks-tinggi (high-context culture) dengan budaya konteks-rendah (low-context culture) yang memiliki beberapa perbedaan penting dalam cara penyandian pesannya. Budaya konteks-rendah ditandai dengan komunikasi konteks-rendah: pesan verbal dan eksplisit, gaya bicara langsung, lugas, dan berterus terang. Sebaliknya, budaya konteks-tinggi ditandai dengan komunikasi konteks-tinggi: kebanyakan pesan bersifat implisit, tidak langsung, dan tidak terus terang. Secara umum, komunikasi kita (Indonesia) termasuk komunikasi konteks-tinggi. Keengganan untuk berterus-terang pada komunikasi konteks-tinggi boleh jadi sebagai salah satu perwujudan obsesi untuk senantiasa menjaga harmoni dengan orang lain.

Sumber : Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Penerbit Rosda, Bandung, 2004.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar